
Drama kehidupan keluarga bangsawan tak selalu seindah dongeng. Di balik pesona Putri Diana yang dikenal dunia sebagai ‘Princess of Hearts’, ternyata tersimpan kisah menyayat hati dari sang ibu, Frances Shand Kydd.
Frances menghadapi tekanan yang berat, kehilangan, dan luka emosional yang mendalam dalam usahanya membangun rumah tangga bersama Edward John Spencer.
Frances menikah muda pada usia 18 tahun dengan pria 12 tahun lebih tua yang ternyata membawa kehidupan pernikahan yang jauh dari bahagia. Meskipun secara sosial Frances berada dalam lingkungan keluarga kerajaan, ia harus menghadapi tekanan besar untuk melahirkan anak laki-laki sebagai penerus garis keturunan keluarga Spencer.
Sayangnya, perjuangan tersebut justru membawa trauma yang mendalam dan menjadi pengalaman yang menyakitkan. Simak kisah selengkapnya di bawah ini yang dikutip dari laman Daily Mail.
Dipaksa hamil berulang kali demi ahli waris laki-laki
Pernikahan Frances Shand Kydd dan Edward John Spencer yang tampak mewah ternyata menyimpan kisah menyakitkan.
Setelah menikah di usia 18 tahun dengan pria yang jauh lebih tua, Frances langsung mendapat tekanan besar dari keluarga bangsawan Spencer, ia harus melahirkan anak laki-laki untuk meneruskan garis keturunan keluarga.
Dalam kurun waktu sembilan tahun, Frances mengalami enam kali kehamilan, namun hanya empat anak yang berhasil lahir dengan selamat. Salah satu anak yang dilahirkan adalah seorang bayi laki-laki yang sayangnya hanya bertahan hidup selama beberapa jam saja.
Tragisnya, Frances tak pernah diperbolehkan melihat wajah putranya sendiri. Suaminya bahkan mengunci pintu kamar dan membawa bayi itu pergi. “Bayiku diambil dariku, dan aku tidak pernah melihat wajahnya. Tidak saat hidup, tidak juga saat meninggal,” kenang Frances dengan pilu.
Bertahun-tahun kemudian baru diketahui bahwa bayi itu lahir dengan cacat bawaan yang cukup parah.
Frances mengingat peristiwa itu sebagai pengalaman yang sangat menyakitkan, karena ia tak pernah diberi kesempatan melihat wajah putra kandungnya, baik ketika masih hidup maupun setelah meninggal dunia.
Putri Diana lahir tanpa sambutan yang bahagia
Kelahiran Putri Diana pada 1961 semestinya menjadi kabar bahagia. Namun, kenyataan berkata lain. Bukannya disambut dengan sukacita, kehadiran Putri Diana justru membuat kecewa keluarga Spencer karena ia bukan anak laki-laki seperti yang mereka harapkan.
Bahkan, nama ‘Diana’ baru ditentukan setelah seminggu karena sebelumnya tak ada persiapan untuk memberi nama perempuan.
Putri Diana lahir bukan di tengah suasana penuh sukacita, melainkan rasa kecewa dari keluarga besar yang mengharapkan seorang anak laki-laki.
Frances bahkan harus melalui serangkaian pemeriksaan yang terasa memalukan, seakan-akan ia sepenuhnya disalahkan atas kegagalannya melahirkan anak laki-laki sebagai pewaris keluarga.
Ibu muda Frances, yang saat itu baru berusia 23 tahun, dipaksa menjalani berbagai tes medis di London untuk mencari tahu “penyebab” ia tak kunjung melahirkan anak laki-laki.
Tes-tes tersebut sangat melelahkan dan mempermalukannya secara emosional, padahal di masa itu belum diketahui secara ilmiah bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh kromosom dari ayah, bukan ibu.
Rasa bersalah yang tak seharusnya dipikul Frances akhirnya mengakar dalam dan mempengaruhi hubungannya dengan Putri Diana di kemudian hari.
Perceraian, perebutan hak asuh
Akhirnya, Frances berhasil melahirkan seorang putra yang telah lama dinanti oleh keluarga Spencer, yaitu Charles Spencer, pada 1964. Sayangnya, hal itu tidak menyelesaikan permasalahan rumah tangganya.
Frances jatuh hati pada seorang pengusaha kaya bernama Peter Shand Kydd, yang membuat pernikahannya dengan Edward John Spencer berakhir pada tahun 1969.
Pasca perceraian, Frances sempat tinggal bersama Putri Diana dan Charles, sementara kedua anaknya yang lain bersekolah di asrama. Namun, perselisihan hak asuh membuat seluruh anak-anak akhirnya kembali ke kediaman sang Ayah.
Perceraian dan perpisahan itu meninggalkan luka mendalam pada Putri Diana kecil. Dalam kutipan dari buku Putri Diana, Her True Story karya Andrew Morton, “Charles Spencer mengenang masa itu sebagai masa yang mengerikan bagi kedua orang tuaku dan mungkin menjadi akar dari perceraian mereka, karena aku rasa mereka tidak pernah benar-benar bisa melupakannya.”
Hubungan Putri Diana dan ibunya pun menjadi rumit seiring berjalannya waktu. Charles Spencer pernah mengatakan, “Diana dulu sering menunggu ibunya di depan pintu, tapi ibu tak pernah datang.” Menurutnya, ibunya bukanlah pribadi yang cocok menjadi seorang ibu.
Setelah pernikahan keduanya berakhir pada 1988, Frances memilih menjalani hidup tenang dengan memeluk agama Katolik.
Ia menghabiskan masa tuanya dengan kegiatan keagamaan hingga akhirnya wafat di usia 68 tahun pada 2004 akibat penyakit Parkinson dan kanker otak.
Pemakamannya dihadiri oleh kedua cucunya, Pangeran William dan Pangeran Harry.
Kisah hidup Frances bukan hanya menggambarkan tekanan sosial bangsawan, tetapi juga menggambarkan luka mendalam yang bisa muncul dari harapan dan tuntutan yang tidak manusiawi.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)
Leave a Reply